Sebuah Klarifikasi untuk KDM: Mendidik dengan Cinta, Bukan Sekadar Titipan
Beberapa waktu lalu, pernyataan tokoh publik Dedi Mulyadi ramai diperbincangkan karena menyinggung eksistensi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Dalam salah satu cuplikan video, beliau menyatakan, "Ngapain PAUD? PAUD itu untuk ibu-ibu yang sibuk, anaknya dititipin di PAUD." Ucapan ini memantik diskusi luas di kalangan pendidik, orang tua, hingga pegiat literasi anak. Sebagai akademisi, pemerhati pendidikan dan praktisi motivasi di lingkungan anak dan remaja, izinkan saya menanggapi hal ini dengan lebih jernih.
Mari kita mulai dari satu pertanyaan penting: Benarkah PAUD hanya tempat penitipan?
Tentu saja tidak. Pernyataan tersebut tampaknya hanya mencerminkan sudut pandang yang terbatas, dan mungkin lahir dari pengamatan terhadap praktik PAUD yang belum ideal di beberapa tempat. Tapi secara prinsip, PAUD bukan tempat penitipan, melainkan fondasi pertama pendidikan seumur hidup. Bahkan, dalam kerangka Sustainable Development Goals (SDGs), akses terhadap pendidikan usia dini berkualitas menjadi salah satu indikator kemajuan suatu bangsa.
Pendidikan Anak Usia Dini: Dimensi Ilmiah dan Teori Belajar
Untuk memahami pentingnya PAUD, kita tidak bisa lepas dari teori dan pendekatan pendidikan anak usia dini yang telah diakui secara internasional. Berikut tiga teori belajar anak yang menjadi dasar keilmuan PAUD:
1. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget
Piaget menegaskan bahwa anak usia dini berada pada tahap pra-operasional (2–7 tahun), di mana mereka mulai menggunakan simbol dan bahasa, tapi belum bisa berpikir logis. Pendidikan PAUD membantu menstimulasi aspek bahasa, sosial, dan kognitif melalui bermain, cerita, dan eksplorasi lingkungan secara konkret.
2. Teori Belajar Sosial Lev Vygotsky
Vygotsky memperkenalkan konsep Zona Perkembangan Proksimal, yaitu jarak antara kemampuan aktual anak dengan potensi yang bisa mereka capai dengan bantuan orang dewasa. PAUD adalah wadah penting di mana guru menjadi scaffolding (penyangga) dalam memfasilitasi perkembangan itu, bukan sekadar “penjaga anak.”
3. Teori Behavioristik B.F. Skinner
Skinner menekankan pentingnya penguatan (reinforcement) dalam pembentukan perilaku. Lingkungan PAUD yang dirancang positif dan apresiatif membantu anak membangun kebiasaan baik sejak dini, seperti disiplin, sopan santun, hingga kemandirian.
Pandangan Para Ahli
Dr. Maria Montessori, tokoh revolusioner pendidikan anak, mengatakan:
"The goal of early childhood education should be to activate the child’s own natural desire to learn."
Inilah esensi PAUD: membangkitkan keingintahuan alami anak, bukan mengisinya dengan hafalan.
Sementara itu, Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, menekankan pentingnya pendidikan yang sesuai kodrat anak:
"Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat menuntun."
PAUD adalah ruang pertama untuk menuntun anak tumbuh secara holistik — jasmani, rohani, sosial, dan moral.
PAUD Bukan Penitipan, Tapi Peradaban
Boleh jadi, di beberapa tempat, PAUD memang belum optimal — bahkan sekadar menjadi tempat menitipkan anak karena tuntutan kerja. Tapi alih-alih menyederhanakan PAUD sebagai penitipan, mari jadikan kritik sebagai refleksi untuk memperkuat kualitas PAUD itu sendiri: dari sarana, kurikulum, hingga SDM pendidiknya.
Sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi pendidikan, mari kita jaga narasi tentang anak-anak dengan bijak. Mereka bukan objek penitipan, tetapi subjek masa depan yang harus dibimbing dengan cinta, ilmu, dan tanggung jawab.
Kepada para ibu yang "sibuk", jangan merasa bersalah. Kesibukan bukan penghalang untuk menjadi orang tua yang mendidik. Justru dengan PAUD yang tepat, anak-anak Anda bisa tetap mendapatkan stimulasi yang sehat, sosial yang terarah, dan pondasi yang kuat.
Penutup
Pendidikan anak usia dini bukan perkara ngapain atau kenapa — melainkan untuk siapa. Untuk anak-anak kita. Untuk masa depan bangsa. Maka PAUD adalah langkah awal yang sangat penting. Jangan diremehkan, tapi diperkuat.
PAUD Bukan tempat menitipkan anak, tapi tempat menumbuhkan manusia.