Pendekatan Deep Learning dalam Menumbuhkan Minat Belajar Murid
![]() |
Indra Martha Rusmana* (Dewan Pakar Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kota Serang) |
“Pendidikan bukan sekadar mengisi pikiran, tetapi menyalakan semangat belajar sepanjang hayat.”
Era pendidikan kini menuntut lebih dari sekadar hafalan. Di tengah arus informasi yang melimpah dan tantangan zaman yang semakin kompleks, sekolah tidak cukup hanya membekali murid dengan pengetahuan dangkal yang mudah lupa. Dibutuhkan pendekatan yang mendorong pemahaman mendalam, keterampilan bernalar, dan rasa ingin tahu yang tumbuh dari dalam diri murid. Inilah yang menjadi ruh dari deep learning—pendekatan pembelajaran bermakna dan mendalam.
Mengapa Deep Learning?
Deep learning dalam konteks pendidikan bukan tentang teknologi canggih kecerdasan buatan. Di sini, deep learning adalah pendekatan pembelajaran yang mengajak murid untuk memahami konsep secara mendalam, mampu menghubungkannya dengan kehidupan nyata, serta menerapkannya dalam konteks baru. Pendekatan ini bertolak belakang dari surface learning, yang hanya mengandalkan hafalan dan mengerjakan soal secara mekanis.
Menurut John Hattie (Visible Learning, 2009), pembelajaran bermakna terjadi ketika murid memiliki motivasi intrinsik untuk belajar, menghubungkan informasi baru dengan yang sudah mereka ketahui, dan berani mengeksplorasi gagasan baru secara kritis. Pendekatan deep learning memungkinkan ini terjadi—melalui strategi belajar yang mengaktifkan peran murid sebagai subjek belajar yang berpikir, merasa, dan bertindak.
Minat Belajar Tidak Muncul dari Paksaan
Salah satu tantangan terbesar di ruang-ruang kelas kita hari ini adalah menurunnya minat belajar. Murid belajar karena takut nilai jelek, takut dimarahi orang tua, atau sekadar “asal ikut ujian”. Padahal, minat belajar yang sejati lahir dari rasa relevansi, pengalaman belajar yang bermakna, dan keberhasilan kecil yang memotivasi untuk terus belajar.
Deep learning menjawab tantangan ini. Dengan menghadirkan pembelajaran yang berbasis masalah nyata (problem-based learning), projek (project-based learning), refleksi, dan kolaborasi—murid tidak hanya belajar “apa” dan “bagaimana”, tapi juga “mengapa itu penting”. Mereka tidak hanya menjawab soal, tetapi juga mempertanyakan, meneliti, berdiskusi, dan mencipta.
Didukung oleh Kebijakan Kurikulum Merdeka
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI melalui Kurikulum Merdeka telah memberi ruang luas bagi praktik deep learning di kelas. Dalam Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, ditekankan bahwa proses pembelajaran harus bersifat aktif, menyenangkan, kontekstual, dan bermakna—karakteristik utama dari deep learning.
Lebih jauh, Profil Pelajar Pancasila yang menjadi orientasi utama Kurikulum Merdeka pun selaras dengan pendekatan ini. Bagaimana mungkin kita menumbuhkan pelajar yang kritis, kreatif, dan mandiri jika pembelajaran masih didominasi ceramah satu arah dan soal pilihan ganda semata?
Peran Guru dan Sekolah
Namun deep learning tidak akan tumbuh tanpa peran guru yang berpandangan maju. Guru bukan lagi pusat informasi, melainkan fasilitator pembelajaran yang merancang pengalaman belajar aktif dan reflektif. Sekolah perlu menjadi ekosistem belajar yang merdeka dan menumbuhkan—bukan sekadar pabrik nilai atau institusi pengendali disiplin.
Ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi komunitas guru, termasuk kami di IGI (Ikatan Guru Indonesia), untuk terus bergerak dan belajar. Kolaborasi antar guru, pengembangan komunitas belajar, dan praktik baik harus menjadi denyut kehidupan sekolah.
Menyalakan Nyala Belajar
Sudah saatnya kita menyalakan kembali nyala belajar yang sempat redup. Deep learning bukan sekadar strategi mengajar, tetapi laku mendidik yang menyentuh sisi terdalam kemanusiaan murid. Membimbing mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat, bukan hanya peserta ujian sesaat.
Kita tidak sedang mendidik mesin hitung, tetapi jiwa-jiwa muda yang kelak akan membentuk wajah Indonesia. Maka, mari hadirkan pembelajaran yang menyala: yang membangkitkan minat, menumbuhkan makna, dan menyentuh hati.
*) Indra Martha Rusmana
(Dosen, Dewan Pakar IGI Kota Serang Aktif dalam pelatihan guru dan penggerak pendidikan inspiratif)