MTQ Banten dan Tantangan Keaslian Peserta: Saatnya LPTQ Kembali ke Marwahnya
Oleh: Indra Martha Rusmana,
Pengamat Pendidikan dan Wakil Ketua ICMI Kota Serang
Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Provinsi Banten baru saja usai dengan semarak. Kabupaten Tangerang berhasil menjadi juara umum, sementara Kota Serang—yang selama ini dikenal sebagai barometer pendidikan keagamaan di Banten—justru berada pada posisi kedua dari bawah. Sebuah kenyataan yang tentu mengundang keprihatinan dan perenungan.
Namun, yang lebih mengusik dari sekadar perolehan medali adalah fenomena peserta "import" alias bukan berasal dari wilayah Provinsi Banten. Dalam beberapa kategori lomba, ditemukan fakta bahwa peserta berasal dari luar provinsi, bahkan ada yang tidak memiliki keterikatan emosional maupun administratif dengan kabupaten/kota pengutus. Hal ini patut dipertanyakan: Ke mana peran LPTQ kabupaten/kota?
Kritik Membangun untuk LPTQ
Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) seharusnya menjadi motor pembinaan, bukan sekadar agen perekrutan. Ketika peserta dari luar daerah diikutsertakan demi target juara, maka yang dipertaruhkan bukan sekadar prestise daerah, tetapi juga integritas dan esensi dari MTQ itu sendiri.
Apakah kita ingin menjuarai ajang MTQ dengan cara-cara instan, namun melupakan pembinaan generasi Qur’ani dari lingkungan sendiri? Jika ya, maka kita sedang mencetak prestasi kosong yang tak berakar.
Membangun Kembali Esensi MTQ
MTQ bukan hanya lomba. Ia adalah bagian dari pendidikan karakter, dari syiar agama, dan dari pembinaan mental-spiritual masyarakat. Oleh karena itu, seharusnya peserta yang tampil adalah hasil binaan jangka panjang dari sekolah-sekolah, pesantren, TPA, atau rumah tahfidz yang ada di wilayah masing-masing.
Jika kita ingin kembali pada tujuan utama MTQ—yaitu menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup—maka LPTQ harus menjalankan perannya dengan sungguh-sungguh. Bukan hanya menjelang MTQ, tetapi sepanjang tahun: melakukan pelatihan, menjaring potensi lokal, dan menyiapkan kader-kader Qur’ani asli daerah.
Solusi Menuju MTQ yang Lebih Berkualitas
1. Verifikasi Data Peserta Secara Ketat
Setiap peserta harus disertai bukti administratif yang jelas bahwa ia berdomisili dan aktif dalam kegiatan pembinaan Qur’an di daerah yang mengutus.
2. Penyusunan Grand Design Pembinaan MTQ Daerah
LPTQ perlu merancang program pembinaan jangka panjang, berkolaborasi dengan sekolah, madrasah, dan lembaga pendidikan Islam lainnya.
3. Reward untuk Peserta Binaan Asli Daerah
Berikan penghargaan khusus bagi peserta yang benar-benar berasal dan dibina oleh daerahnya sebagai bentuk motivasi dan kebanggaan.
4. Keterlibatan Tokoh Agama dan Pemerintah Daerah
Pemimpin daerah perlu ikut memberi perhatian serius agar prestasi MTQ tidak hanya sekadar agenda tahunan, tapi menjadi bagian dari program pendidikan karakter religius.
Penutup
MTQ sejatinya adalah ruang pengembangan potensi generasi Qur’ani. Jangan biarkan ia dikerdilkan hanya menjadi ajang mencari gelar juara. Sudah saatnya semua pihak, terutama LPTQ kabupaten/kota, kembali kepada niat tulus membina, bukan sekadar berlomba. Karena keberkahan MTQ bukan hanya pada siapa yang menang, tetapi pada siapa yang dibina dengan kesungguhan dan keikhlasan.